Selasa, 27 Maret 2012

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Fenomena di Dasar Lautan

REPUBLIKA.CO.ID,  Dalam bukunya bertajuk Oceans, Danny Elder dan John Pernetta mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukannya tentang dasar lautan.

''Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman 1.000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali.'' (Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27)

Menurut Harun Yahya, teknologi masa kini berhasil mengungkapkan bahwa antara 3 hingga 30 persen sinar matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir semua tujuh warna yang menyusun spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika menembus permukaan lautan hingga kedalaman 200 meter, kecuali sinar biru. Di bawah kedalaman 1.000 meter, tidak dijumpai sinar apa pun.

Sesungguhnya, fakta ilmiah ini telah disebutkan sekitar 1.400 tahun lalu dalam Alquran surah An-Nuur ayat 40. "Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (QS An-Nuur [24]:40)

''Ini sudah pasti salah satu keajaiban Alquran, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman samudra,'' ujar Harun Yahya.

Tak hanya itu. Dalam ayat ke-40 surah An-Nuur tertulis kemukjizatan Alquran lainnya, "Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan…"

Betapa tidak. Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang "terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda."

Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya.
Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205)

Pernyataan-pernyataan dalam Alquran benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan laut.

Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar laut. Akan tetapi, dalam surah An-Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Alquran adalah kalam Allah.
Simak videonya:


Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Sidik Jari Sebagai Identitas


REPUBLIKA.CO.ID, Setiap orang, termasuk mereka yang terlahir kembar identik, memiliki pola sidik jari yang khas dan berbeda satu sama lain. Itulah sebabnya, sidik jadi menjadi tanda pengenal manusia untuk membedakan seseorang dengan orang lainnya.

Menurut Harun Yahya, sistem pengkodean ini dapat disamakan dengan sistem kode garis (barcode) sebagaimana yang digunakan saat ini. Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus.

Apa pasal? Menurut Harun Yahya, hal itu disebabkan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain.

Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan di seluruh penjuru dunia. Keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19 M.

Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Alquran, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.

Pada abad ke-7 M, Alquran telah menyebutkan bahwa sidik jari menjadi tanda pengenal manusia. Dalam Alquran disebutkan mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus ditekankan dalam sebuah ayat.

Simaklah surah Al-Qiyamah ayat 3-4:

"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4).
Sungguh Alquran adalah firman Allah yang Maha Benar.
Inilah video Kemukjizatan Alquran tentang Sidik Jari sebagai Identitas:


Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Pembentukan Tulang dan Otot

REPUBLIKA.CO.ID, Pada awalnya, para ahli embriologi berpendapat bahwa tulang dan otot terbentuk secara bersamaan. Seiring berkembangnya teknologi baru, berupa mikroskop yang canggih, pendapat awal para ahli emriologi pun terpatahkan.

Peristiwa pembentukan tulang dan otot itu digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:

Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)

Subhanallah, hasil penelitian itu telah membuktikan kebenaran Alquran. Betapa tidak. 14 abad yang lalu, jauh sebelum teknologi kedokteran ditemukan, kitab suci Alquran telah menjelaskan tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu.

Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.

Mari simak surah Al-Mu'minun ayat 14:

"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS 23:14)

Inilah video kemukjizatan Alquran surah Al-Mu'minun ayat 14 itu:

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Embriologi

REPUBLIKA.CO.ID,  Prof Keith L Moore, guru besar Departemen Anatomi dan Biologi Sel Universitas Toronto terkagum-kagum dengan Alquran. Betapa tidak. Kitab suci umat Islam itu mampu menjelaskan proses penciptaan manusia secara detail, belasan abad sebelum teknologi kedokteran mampu mempelajarinya.

"Saya tak tahu apa-apa tentang agama, namun saya meyakini kebenaran fakta yang terkandung dalam Alquran dan sunah," papar Moore yang terkagum-kagum dengan kandungan Alquran yang secara akurat menjelaskan perkembangan embrio manusia.

Alquran secara gamblang telah menjelaskan proses pembentukan embrio manusia. Alquran telah berbicara tentang pertumbuhan janin di dalam perut ibu fase demi fase, padahal janin dan pertumbuhannya tidaklah terlihat dengan mata kepala dan tidak mungkin juga dijelaskan hanya dengan duga dan kira.

"Saya sungguh sangat membahagiakan bisa membantu mengklarifikasi pernyataan Alquran tentang perkembangan manusia. Jelaslah bagi saya, pernyataan (Alquran) itu pastilah turun kepada Muhammad dari Tuhan," papar Moore, ilmuwan terkemuka dalam bidang anatomi dan embriologi.

Proses penciptaan manusia di dalam rahim dijelaskan dalam Alquran surat al-Mu'minun ayat 12-14.  ''Dan, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian, Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah. Lalu, segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus daging. Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain ...."

                                                                        ***

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan adanya enam fase terbentuknya janin dalam rahim.  Tahap pertama penciptaan janin  disebut Sulalah dimulai dari  saripati mani. Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan “ dari saripati air yang hina (air mani)”. Manusia bukan diciptakan dari seluruh mani yang keluar dari suami – istri, tapi hanya dari bagian yang sangat halus. Itulah yang dimaksud dengan “ Sulalah”

Menurut riset yang telah diteliti oleh para ahli sekarang, bahwa manusia itu tercipta dari satu sperma saja. Itu sangat sedikit sekali bila dibanding dengan sperma yang keluar dari laki-laki yang mencapai jutaan sperma.  Sulalah adalah kata yang paling tepat dan cocok untuk menggambarkan proses terbentuknya janin ini, karena satu dari jutaan sperma ini bergerak menuju ke rahim untuk membuahi ovum dari wanita.

Tahap kedua disebut  Alaqoh. “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah ( ‘Alaqoh ).”  ‘Alaqoh berarti juga nama dari binatang kecil yang hidup di air dan di tanah yang terkadang menempel di mulut binatang pada waktu minum di rawa – rawa (yaitu sebangsa lintah ).

Bentuk janin pada fase ini sangat mirip sekali dengan binatang lintah tersebut. Bahkan kalau keduanya difoto bersamaan, niscaya manusia tidak akan bisa membedakkan bentuk dan gambar keduanya.

Tahap ketiga, Mudghah (Segumpal Daging). Dalam kelanjutan surat al-Mukminun dijelaskan ''Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging.” Tahap keempat ditandai dengan muncul dan tumbuhnya tulang. “Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang.”

Para ahli dan spesialis dalam bidang medis telah menyimpulkan bahwa tulang itu muncul sebelum daging sebagai penutupnya. Setelah itu barulah muncul daging. Ini hanya baru diketahui oleh para ahli pada zaman sekarang, itu pun dengan bantuan alat – alat fotografi.

Tahap kelima, pembungkusan tulang dengan daging. “Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan dagin...''  Didahulukannya penciptaan tulang sebelum daging, itu karena daging butuh kepada tulang untuk menempel padanya. Maka tulang mesti sudah ada sebelum daging.

Tahap keenam  adalah perubahan janin ke bentuk yang lain. “Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain..''  Menurut Dr Ahmad Hamid Ahmad, bersama dengan berakhirnya pekan ketujuh, panjang Mudghah sudah mencapai 8 – 16 milimeter”

Termasuk yang membedakan pada periode ini adalah: bahwa bentuk tulang berbentuk bengkok menyerupai bulan sabit, kemudian mulai berubah lurus dan tegap. Di tambah lagi ada sesuatu yang membedakan janin dengan makhluk hidup yang lain, yaitu sempurnanya bentuk tubuh pada pekan kedelapan.

                                                                         ***

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, ”Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya dalam selama empat puluh hari, kemudian menjadi `alaqah selama itu pula (40 hari), kemudian menjadi mudhghah selama itu pula (40 hari); kemudian Allah mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat kalimat (hal), dan dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rizki dan ajalnya, serta celaka atau bahagia-(nya); kemudian ditiupkan ruh padanya.” (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dari `Abdullah).

Begitulah, proses penciptaan janin di dalam rahim seorang ibu, hingga akhirnya melahirkan di usia kehamilan sembilan bulan.  Inilah videonya:


Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Atmosfer

REPUBLIKA.CO.ID, Atmosfer merupakan lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan Bumi.

Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap.

Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Dengan peralatan yang sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang atmosfer berikut fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya.

Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen 78,17 persen dan oksigen 20,97 persen, dengan sedikit argon 0,9 persen, karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357 persen), uap air, dan gas lainnya.

Atmosfer adalah fenomena alam yang dinyatakan dalam Alquran sejak 14 abad silam. Salah satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Alquran  bahwa langit terdiri atas tujuh lapis. Allah SWT berfirman, ''Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Alquran, 2:29)

Dalam surah Fussilat [41] ayat 11-12, Allah SWT berfirman, ''Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.''

                                                                      ***

Menurut Harun Yahya, bumi memiliki seluruh sifat yang diperlukan bagi kehidupan. Salah satunya adalah keberadaan atmosfer, yang berfungsi sebagai lapisan pelindung yang melindungi makhluk hidup.

Fakta yang kini telah diterima bahwa atmosfer terdiri dari lapisan-lapisan berbeda yang tersusun secara berlapis, satu di atas yang lain. Persis sebagaimana dipaparkan dalam Alquran, atmosfer terdiri dari tujuh lapisan. ''Ini pastilah salah satu keajaiban Alquran,'' ujar Harun Yahya.

Kata "langit", lanjut Harun Yahya,  yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Alqur’n, digunakan untuk mengacu pada "langit" bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.

Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri tujuh lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90 persen dari keseluruhan massa atmosfer.

Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER. TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER
Inilah video mukjizat Alquran tentang atmosfer:

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Mummi Fir'aun

REPUBLIKA.CO.ID,  Pada abad ke-19 M, dunia arkeologi berhasil menemukan mummi di Thebes, Mesir. Penemuan mummi yang teridentifikasi sebagai jenazah Fir'aun itu pada tahun 1898.

Mummi itu diyakini sebagai jenazah Fir'aun Merneptah, anak Fir'aun Ramses II. Selain menemukan mummi Merneptah, para arkeolog juga menemukan mummi Ramses II dalam keadaan utuh.

Merneptah diyakini sebagai Fir’aun yang mengejar Nabi Musa hingga ke laut dan mati tenggelam di laut. Sedangkan Ramses II diyakini sebagai fir’aun yang hidup persis sebelumnya, kedua-duanya hidup pada masa Nabi Musa AS.

Pada Juli 1907, Elliot Smith membuka perban-perban mummi Merneptah untuk memeriksa badannya.  Hasilnya, mummi tersebut dalam keadaan baik dan utuh walaupun ada kerusakan di beberapa bagian.

Penemuan monumental itu pun sekali lagi menjadi bukti kebenaran dan mukjizat Alquran. Belasan abad sebelum penemuan mummi Firaun itu, Alquran telah menjelaskan tentang fakta itu.

Mari simak surah Yunus [10] ayat 92: "Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu* agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia  tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.''

Dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 50, Allah SWT berfirman, ''Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir'aun dan) pengikut-pengikut Fir'aun, sedang kamu menyaksikan.''

Inilah bukti kebenaran dan mukjizat Alquran itu:

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Hujan

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Heri Ruslan
Hujan merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT bagi semua makhluk di alam semesta. Tetesan air yang turun dari langit menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Berkat kekuasaan Sang Khalik, setiap saat miliaran liter air berpindah dari lautan menuju atmosfer lalu kembali lagi menuju daratan. Kehidupan pun bergantung pada daur air ini.

Harun Yahya dalam The Signs in The Heavens and the Earth for Men of Understanding, membuktikan kebenaran dan kesesuaian ayat-ayat Alquran yang menjelaskan fenomena hujan dengan sains modern.

''Andai manusia mencoba mengatur daur di alam semesta, maka tak akan pernah berhasil, walaupun mengerahkan semua teknologi yang ada di bumi,'' paparnya.

Tanpa harus menggunakan biaya dan teknologi, makhluk hidup di bumi bisa menikmati air melalui proses penguapan. Menurut Harun, setiap tahunnya 45 miliar liter kubik air menguap dari lautan. Air yang menguap tersebut dibawa angin melintasi daratan dalam bentuk awan. Setiap tahun 3-4 miliar liter air dibawa dari lautan menuju daran untuk dapat dinikmati dan dimanfaatkan manusia.

Untuk itulah Alquran mengajak manusia untuk mensyukuri hujan sebagai karunia yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Dalam Alquran surat Al Waaqi'ah ayat 68-70 Sang Khalik berfirman,''Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, nisaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak bersyukur.''

                                                                     ***

Menurut Harun, Alquran dalam surat Az-Zukhruf ayat 11 mendefinisikan hujan sebagai air yang dikirimkan ''menurut kadar.'' Dalam ayat itu Allah berfirman, ''Dan Yang menurunkan air langit menurut kadar (yang diperluka).'' Harun menjelaskan, firman Allah SWT itu sangat sesuai dengan hasil kajian ilmu pengetahuan modern.

Betapa tidak. Hujan turun ke bumi dengan takaran yang tepat. Takaran pertama yang berhubungan dengan hujan tentulah kecepatan turunnya. Menurut Harun, benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan, bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter, akan mengalami percepatan terus menerus dan akan jatuh ke bumi dengan kecepatan 558 km/jam.

''Akan tetapi rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam,'' papar Harun. Ia menjelaskan, air hujan jatuh kebumi dengan kecepatan yang rendah, karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang mampu meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang lebih rendah.

Harun menuturkan, ''Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tak memiliki sifat gesekan, maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap hujan turun.'' Menurut dia, ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter. Efek yang ditimbulkan satu test air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 15 cm.

''Awan hujan pun dapat ditemui pada ketinggian 10 ribu meter. Pada kasus ini, satu tetes air yang jatuh akan memiliki efek yang sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 110 cm,'' tutur Harun. Ia menambahkan, dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi.

Jumlah itu, ungkap Harun, sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. ''Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505x1.012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan takaran.''

                                                                       ***

Para saintis telah mempelajari beragam jenis awan. Selain itu, kalangan ilmuwan juga meneliti proses terbentuknya awan dan bagaimana hujan terjadi. Secara ilmiah, saintis memaparkan proses terjadinya hujan dimulai dari awan yang didorong angin. Awan Cumulonimbus terbentuk ketika angin mendorong sejumlah awan kecil ke wilayah awan itu bergabung hingga kemudian terjadi hujan.

Tentang fenomena pembentukan awan dan hujan itu, Alquran pun menjelaskannya secara akurat. Simaklah Alquran surat Annur ayat 43. ''Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."

Menurut Harun Yahya, manusia baru mengatahi tahapan pembentukan hujan setelah radar cuaca ditemukan. Namun, Alquran telah menjelaskan secara detail pada 14 abad silam. Berdasarkan pengamatan radar, papar Harun, pembentukan hujan terhadi dalam tiga tahap. ''Pertama, pembentukan angin; kedua, pembentukan awan; ketiga, turunnya hujan,'' papar Harun.

Jauh sebelum manusia mengetahui itu, Allah SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 48 berfirman, '' Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.''

Harun menjelaskan ayat itu sangat sesuai dengan pemantauan radar cuaca. Tahap pertama pembentukan hujan dijelaskan lewat , ''Allah, Dialah yang mengimkan angin...'' Tahap kedua dijelaskan dalam, ''...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal...'' Tahap ketiga, ''... lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya.''

Sungguh Allah SWT Mahakuasa atas segala sesuatu.

Inilah Videonya:


Penciptaan Komputer Analog di Era Keemasan Islam

Ketika peradaban Islam menggengam dunia, para insinyur Muslim ternyata sudah menguasai teknologi komputer. Yang pasti teknologi yang dikembangkan para saintis di zaman itu bukan komputer digital, melainkan komputer analog.  Istilah komputer analog, menurut Wikipedia, digunakan untuk menggambarkan alat penghitung yang bekerja pada level analog – lawan (dual) dari level digital.

Komputer analog pun kerap didefinisikan sebagai komputer yang mengolah data berdasarkan sinyal yang bersifat kualitatif, atau sinyal analog, untuk mengukur variabel-variabel seperti voltase, kecepatan suara, resistansi udara, suhu, pengukuran gempa dan lain-lain. Komputer ini biasanya digunakan untuk mempresentasikan suatu keadaan, seperti untuk termometer, radar, kekuatan cahaya dan lain-lain.

Cikal-bakal penggunaan teknologi komputer analog telah mulai berkembang jauh sebelum Islam datang. Menurut para ahli, Antikythera Mechanism merupakan komputer analog pertama yang digunakan peradaban manusia. Alat yang dikembangkan peradaban Yunani  sejak 100 tahun SM itu, tak hanya digunakan untuk memprediksi pergerakan matahari dan bulan, tetapi digunakan juga untuk merencanakan Olimpiade.

Dengan menggunakan teknologi pemindai tiga dimensi, para ahli menemukan fakta bahwa alat yang terdiri cakra angka terbuat dari kuningan dan roda penggerak itu juga dipakai untuk menentukan tanggal Olimpiade.  Pada salah satu roda penggerak alat itu tergores  kata-kata Isthmia, Olympia, Nemea dan Pythia --  bagian dari pertandingan pendahuluan pada kompetisi Panhellic.

Pada era kekhalifahan,  teknologi komputer analog dikuasai dan dikembangkan para insinyur Muslim. Sederet peralatan yang menggunakan prinsip komputer analog telah ditemukan para ilmuwan Islam. Alat-alat  itu, umumnya  digunakan untuk beragam kegiatan ilmiah. Di zaman keemasannya, para astronom Muslim berhasil menemukan beragam jenis astrolabe.

Peralatan astronomi itu digunakan untuk menjawab 1001 permasalahan yang berhubungan dengan astronomi, astrologi, horoskop, navigasi, survei, penentuan waktu, arah kiblat dan jadwal shalat.  Menurut D De S Price (1984) dalam bukunya bertajuk "A History of Calculating Machines", Abu Raihan Al-Biruni merupakan ilmuwan pertama yang menemukan alat astrolabe mekanik pertama untuk menentukan kalender bulan-matahari.

Astrolabe yang menggunakan roda gigi itu ditemukan Al-Biruni pada tahun 1000 M. Tak lama kemudian,  Al-Biruni pun menemukan peralatan astronomi yang menggunakan prinsip komputer analog yang dikenal sebagai Planisphere – sebuah astrolabe peta bintang. Pada tahun 1015, komputer analog lainnya ditemukan ilmuwan Muslim di Spanyol Islam bernama Abu Ishaq Ibrahim Al-Zarqali.

Arzachel,  demikian  orang Barat biasa menyebut Al-Zarqali, berhasil menemukan Equatorium – alat penghitung bintang. Peralatan komputer analog lainnya yang dikembangkan A-Zarqali   bernama  Saphaea. Inilah astrolabe pertama universal latitude-independent. Astrolabe itu tak tergantung pada garis lintang pengamatnya dan bisa digunakan di manapun di seluruh dunia.

Dua abad kemudian, insinyur Muslim terkemuka bernama Al-Jazari mampu menciptakan “jam istana” (castle clock) – sebuah jam astronomi. Jam yang ditemukan tahun 1206 itu diyakini sebagai komputer analog pertama yang bisa diprogram.  Jam astronomi buatan Al-Jazari itu mampu menampilkan zodiak, orbit matahari dan bulan serta bentuk-bentuk bulan sabit.

Peralatan komputer analog lainnya berupa astrolab juga ditemukan Abi Bakar Isfahan pada tahun 1235 M. Peralatan astronomi yang diciptakan astronom dari Isfahan, Iran itu berupa  komputer kalender mekanik.  Ilmuwan Muslim lainnya bernama Al-Sijzi juga tercatat berhasil menemukan  peralatan astronomi yang menggunakan prinsip kerja komputer analog. Alatnya bernama Zuraqi – sebuah astrolabe heliosentris.

Ibnu Samh – astronom terkemuka di abad ke-11 M – juga dicacat dalam sejarah sains islam sebagai salah seorang penemu peralatan komputer analog berupa astrolabe mekanik. Seabad kemudian, ilmuwan Muslim serbabisa legendaris  bernama Sharaf Al-Din Al-Tusi menciptakan astolabe linear.

Pada abad ke-15 M, penemuan peralatan yang menggunakan prinsip kerja komputer analog  di dunia Islam terbilang makin canggih. Ilmuwan Islam bernama Al-Kashi sukses menciptakan Plate of Conjunctions  -- sebuah alat hitung untuk menentukan waktu dan hari terjadinya konjungsi planet-planet.

Selain itu, Al-Kashi pun  juga menemukan komputer planet: The Plate of Zones. Yakni sebuah komputer planet mekanik yang secara nyata mampu memecahkan sederet masalah terkait planet. Alat yang diciptakan pada abad ke-15 M ini juga dapat memprediksi posisi garis bujur Matahari dan Bulan secara tepat.  Tak cuma itu, peralatan astronomi ini juga mampu menentukan orbit planet-planet, garis lintang Matahari, Bulan dan planet-planet serta orbit Matahari.

Semua penemuan itu membuktikan bahwa peradaban Islam menguasai teknologi di era kejayaannya. Padahal, pada masa itu masyarakat Barat berada dalam keterbelakangan dan kebodohan. Tak dapat dipungkiri lagi jika sains dan teknologi merupakan kontribusi paling monumental yang diberikan peradaban Islam kepada dunia modern.

Berkat sains yang berkembang di dunia Islam, peradaban Barat pun bisa keluar dari cengkraman kebodohan. Berkembangnya ilmu pengetahuan serta teknologi di dunia Islam telah membuat para pemikir Barat berdecak kagum. “Pencapaian terpenting di abad pertengahan adalah terciptanya semangat eksperimental yang dikembangkan peradaban Muslim,” tutur Bapak  Sejarah Sains, George Sarton dalam bukunya The Introduction to the History of Science.

Oliver Joseph Lodge  dalam the Pioneers of Science juga mengakui kehebatan peradaban Islam di masa keemasan.  Menurut dia,  peradaban Islam yang diwakili masyarakat Arab telah berhasil menghubungkan secara efektif antara sains yang baru dengan ilmu pengetahuan lama. “Zaman kegelapan terjadi karena terjadinya jurang kesenjangan dalam sejarah sains Eropa. Sekitar seribu tahun tak ada aktivitas sains, kecuali di peradaban Islam,” cetus Lodge.

Muhammad Iqbal dalam The Reconstruction of Religious Thought in Islam menyatakan bahwa peradaban Islam yang berkembang di Arab berhasil mendorong berkembangnya sains dengan begitu pesat di saat Barat dikungkung kebodohan. Pada masa itu, umat Islam telah memperkenalkan metoda eksperimental, observasi dan pemikiran.

Itulah sumbangan penting peradaban Islam dalam mengembangkan teknologi komputer analog.

Sabtu, 24 Maret 2012

Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Pemeriksaan Diri dan Dzikir Kepada Allah (2)

REPUBLIKA.CO.ID, Ia akan merasakan takut yang sedemikian besar sehingga sebagian daripadanya saja sudah akan segera membuat penghuni surga gelisah dan memohon rahmat.

Pintu lemari yang ketiga pun terbuka; di dalamnya tampak kosong, tak ada cahaya tidak pula gelap. Ini mencerminkan saat-saat yang tidak dipakai untuk melakukan kebaikan maupun maksiat.

Waktu itu ia akan merasa sangat menyesal dan bingung laksana seorang yang memiliki harta banyak, tapi menyia-nyiakannya atau membiarkannya lepas begitu saja dari genggamannya.

Jadi, seluruh rangkaian saat-saat hidupnya akan dipertunjukkan satu demi satu di depan matanya. Lantaran itu, seseorang mesti berkata kepada jiwanya setiap pagi: "Allah telah memberimu khazanah dua puluh empat jam. Berhati-hatilah agar engkau tidak kehilangan satu pun di antaranya, karena engkau tidak akan mampu menahan penyesalan yang akan mengikuti kerugian seperti itu."

Para wali telah berkata, "Sekalipun, misalnya, Allah akan mengampuni anda yang menyia-nyiakan kehidupan, anda tidak akan bisa mencapai tingkatan orang-orang saleh dan mesti akan menyesali kerugian anda. Oleh karena itu, awasilah dengan ketat lidah anda, mata anda dan segenap anggota rubuh anda, karena masing-masing daripadanya mungkin menjadi pintu gerbang menuju neraka. Ucapkanlah pada badan anda, 'Jika engkau memberontak, sesungguhnya aku akan menghukummu' karena meskipun badan itu keras kepala, ia mampu menerima perintah dan bisa dijinakkan dengan keprihatinan."

Itulah tujuan pemeriksaan diri, dan Nabi SAW telah berkata, "Kebahagiaan itu bagi orang yang sekarang mengerjakan amal-amal yang akan memberikan keuntungan baginya setelah mati."

Sekarang sampailah kita pada dzikrullah yang berarti ingatnya seseorang bahwa Allah mengamati seluruh tindakan dan pikirannya. Orang-orang hanya melihat penampilan luar, sementara Allah melihat keduanya; yang di luar maupun yang di dalam diri manusia.

Orang yang benar-benar mempercayai hal ini akan mampu mendisiplinkan wujud-luar maupun wujud-dalamnya. Jika ia menyangkal hal ini, maka ia adalah seorang kafir; dan jika sementara memercayainya dia bertindak bertentangan dengan kepercayaannya itu, maka dia telah melakukan kesalahan berupa bersikap angkuh yang paling para

Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Pemeriksaan Diri dan Dzikir Kepada Allah (1)


 Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa di dalam Alquran Allah telah berfirman, "Akan Kami pasang satu timbangan yang adil di Hari Perhitungan dan tak akan ada jiwa yang dianiaya dalam segala hal. Siapa pun yang telah menempa satu butir kebaikan atau maksiat, kelak pada hari itu akan melihatnya."

Di dalam Alquran juga tertulis, "Setiap jiwa akan melihat apa yang diperbuat sebelumnya pada Hari Perhitungan."

Khalifah Umar pernah berkata, "Tuntutlah pertanggungjawaban dari dirimu sebelum dituntut pertanggungjawabanmu."

Dan Tuhan berfirman, "Wahai kaum mukminin, bersabar dan berjuanglah melawan nafsu-nafsumu dan kemudian beristiqamahlah."

Semua wali paham bahwa mereka datang ke dunia ini untuk menyelenggarakan suatu lalu-lintas ruhaniah. Perolehan ataupun kerugian yang menjadi akibatnya adalah surga atau neraka. Oleh karena itu, mereka selalu menatap dengan pandangan waspada kepada badan mereka yang berkhianat, bisa menyebabkan mereka menderita kerugian besar.

Oleh karena itu, hanya orang-orang bijaksana sajalah yang setelah shalat Subuhnya menghabiskan satu jam penuh untuk mengadakan perhitungan ruhaniah dan berkata kepada jiwanya, "Wahai jiwaku, engkau hanya mempunyai satu hidup. Tidak satu pun saat yang telah lewat bisa dikembalikan, karena dalam perbendaharaan Allah jumlah nafas bagianmu sudah tertentu dan tidak bisa ditambah."

"Ketika kehidupan telah berakhir, tidak ada lagi lalu-lintas ruhaniah yang mungkin kau peroleh. Karena itu, apa yang bisa kau kerjakan, kerjakanlah sekarang. Perlakuan hari ini sedemikian rupa seakan-akan hidupmu telah kau habiskan sama sekali dan bahwa hari ini adalah hari tambahan yang dianugerahkan kepadamu oleh rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa. Kekeliruan apa lagi yang lebih besar daripada menyia-nyiakannya?"

Pada Hari Kebangkitan, seseorang akan mendapati seluruh jam-jam hidupnya terjajar seperti satu deret lemari perbendaharaan. Pintu salah satu lemari itu akan terbuka dan akan tampak penuh dengan cahaya. Hal itu mencerminkan saat yang dihabiskan untuk melakukan kebaikan.

Hatinya akan dipenuhi dengan kegembiraan sedemikian besar sehingga sebagian daripadanya saja sudah akan membuat penghuni neraka melupakan api itu. Pintu lemari yang kedua akan terbuka; di dalamnya gelap pekat dan dari dalamnya terpancar bau tidak enak, yang menyebabkan setiap orang menutup hidungnya. Itu mencerminkan saat-saat yang dihabiskan untuk berbuat maksiat.

Apa Titik Temu Antara Ahadiyyah, Ein Sof, Atma, dan Tao? (3-habis)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


Mekanisme pemahaman Maqam Ahadiyyah-Wahidiyyah ada kemiripan dengan konsep Atna-Brahma dalam agama Hindu. Dalam agama Hindu, dikenal ada dua jalan untuk mengenal, mendekatkan, dan menyatukan diri  dengan Tuhan, yaitu jalan dari luar (The Outer Path), dan jalan dari dalam diri (The Inner Path).

Jalan pertama dapat membantu seseorang mengenal Tuhan melalui penyaksian Tuhan yang ada di mana-mana. Di mana pun seseorang berada di situ dapat menyaksikan wajah Tuhan ada di mana-mana. Kesadaran bahwa alam raya (cosmos) sebagai omnipresent Tuhan merujuk kepada Brahma.

Ciri utama jalan pertama ini melalui pengabdian, kesetiaan, dan kesalehan. Adapun jalan kedua (The Inner Path) dapat membantu seseorang mengenal Tuhan melalui penghayatan mendalam terhadap diri sendiri. Kesadaran bahwa Tuhan bersama kita (God Within) dan Ia ada lebih dalam dari organ tubuh kita paling dalam merupakan kesadaran terhadap Tuhan yang lebih tinggi (Atma).

Ciri utama jalan ini ialah kontemplasi dan penyucian jiwa yang dalam dunia tasawuf mungkin dapat dipadankan dengan konsep tafakkur dan tadzakkur untuk pembersihan jiwa (al-tadzkiyah al-nafs). Kesadaran utnuk menggunakan kedua jalan ini secara seimbang tentu merupakan pendekatan paling baik karena baik jalan pertama maupun jalan kedua sama-sama menjadikan Tuhan sebagai objek tujuan.

Dalam Islam integrasi, syariat dan hakikat mutlak diperlukan. Ibnu Athaillah pernah menyatakan, barangsiapa yang bertasawuf tanpa berfikih, maka ia zindik. Barang siapa yang berfikih tanpa bertasawuf, maka ia fasik. Barangsiapa yang menggabung keduanya, maka ia mencapai hakikat.

Kombinasi dan integrasi syariat dan hakikat merupakan jalan paling mulia dalam Islam. Dalam agama Hindu, orang-orang yang menjalankan dengan baik dan setia secara seimbang antara kedua pendekatan di atas berpotensi menghimpun apa yang disebutnya dengan kekuatan Ilahi (The Divine Force).

Para Rezi sering kali mempertunjukkan keajaiban-keajaiban yang tidak lazim dilakukan orang biasa. Dalam Islam, mungkin dapat dipadankan dengan wali yang memiliki karamah, yang memiliki kemampuan untuk melakukan perbuatan luar biasa (khaiqun lil ‘adah), walaupun dalam Islam karamah tidak pernah menjadi tujuan para wali.

Dari uraian di atas, ternyata agama-agama tertentu mempunyai kedekatan secara metodologis di dalam menjelaskan konsep ketuhanan. Satu sama lain bisa saling membantu menjelaskan konsep ketuhanannya masing-masing. Tentu saja antara satu agama dan agama lain banyak sekali perbedaannya, tetapi lebih baik menekankan aspek titik temu daripada menekankan aspek persamaan. Wallahua’lam.

Apa Titik Temu antara Ahadiyyah, Ein Sof, Atma, dan Tao? (2)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


Sefirot dapat dihubungkan dengan sifat-sifat Allah SWT dalam Islam. Pada sifat-sifat dan nama-nama Allah, masing-masing memiliki spesifikasi sesuai dengan kemahasempurnaan-Nya. Nama-nama ini dapat dijadikan sebagai entry point untuk lebih dekat lagi dengan Allah SWT.

Seseorang yang diliputi berbagai dosa dan maksiat dapat mendekatkan diri kepada Tuhan melalui penghayatan terhadap sifat dan nama-nama-Nya, seperti At-Tawwab (Maha Penerima Taubat), Al-Gafur (Maha Pengampun), dan Maha Pemaaf (Al-Afuw), dan Maha Indah (Al-Jamal).

Meskipun demikian, sikap permisif tidak bisa juga ditoleransi karena Allah juga memiliki sifat yang kebalikannya, yaitu Al-Muntaqim (Maha Pendendam), Al-Mutakabbir (Maha Angkuh), dan Al-Jalal (Maha Perkasa). Para Kabbalis juga mempunyai persamaan dengan kalangan sufi tentang keesaan Tuhan.

Kalangan sufi dan Kabbalis sangat berhati-hati menjelaskan hal ini karena bisa jatuh ke dalam apa yang disebut dengan kesesatan. Para teolog dan fuqaha (ahli hukum) sering mempertanyakan bahkan menyesatkan para sufi dan Kabbalis karena tuduhan memperkenalkan konsep keqadiman ganda (ta’addud al-qudama).

Bagi para teolog dan fuqaha, Tuhan harus suci dari pengaruh selain-Nya karena Dia Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Besar dan Maha Takterbandingkan (Incomparability) dengan apa pun.

Sementara sufi berbicara tentang Maqam Ahadiyyah dengan Maqam Wahidiyyah, Al-A’yan Ats-Tsabitah, Shifat, dan Asma’ yang dianggapnya bukan alam atau bukan makhluk atau maj’ul. Nanti di level al-wujud al-kharijiyyah ke bawah, yang meliputi alam Jabarut, alam Barzakh, dan alam Mulk/Syahadah baru dianggap sebagai makhluk atau maj’ul.

Itu pun oleh kalangan sufi seperti Ibnu Arabi tidak mau menggunakan istilah Khaliq dan makhluk, tetapi Al-Haq dan Al-Khalq karena meskipun keduanya berbeda, tetapi tidak bisa dipisahkan. Wujud al-khalq hanyalah merupakan efek dan manifestasi (tajalli) dari Al-Haq itu sendiri.

Dalam Taoisme, relasi hamba-Tuhan dijelaskan dengan konsep Dualitas Ilahi (The Duality of God). Dalam The Tao Te Ching disebutkan bahwa The Sacred God merupakan tanpa nama yang merupakan asal langit dan bumi (The Nameless is the origin of haven and earth).

Langit digambarkan dengan Yang dan bumi digambarkan dengan Yin. Tuhan ibarat langit: besar, tinggi, terang, dan kreatif, sedangkan makhluk ibarat bumi: kecil, rendah, gelap, dan reseptif. Yang (muatstsir): menimbulkan pengaruh dalam segala hal dan Yin (ma’tsur): menerima pengaruh dalam segala hal.

Interaksi antara Yang/Muatstsir dan Yin/Ma’tsur menimbulkan 1.000 hal (al-katsrah). Tuhan menimbulkan realitas dan realitas menimbulkan entitas. Yang yang bertindak, sedangkan yin yang menerima tindakan. Tuhan memerlukan hamba jika Dia harus menjadi Tuhan dan hamba memerlukan Tuhan jika dia harus menjadi hamba.

Dengan demikian, makhluk merupakan  subsistensi Tuhan dan Tuhan merupakan substensi makhluk. Dalam teori Ad infinitum Pytagoras, satu sama dengan setengah dari dua, dan seterusnya sampai bilangan paling tinggi. Masing-masing bilangan membutuhkan angka satu. Tidak ada angka sejuta atau semiliar tanpa angka satu.

Apa Titik Temu antara Ahadiyyah, Ein Sof, Atma, dan Tao? (1)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


Jika engkau bicara soal ketakterbandingan, engkau telah membatasi. Jika engkau bicara soal kesempurnaan, engkau juga membatasi. Jika engkau bicara soal keduanya, engkau tepat mengenai sasaran; engkau seorang pemimpin dan syekh dalam ilmu-ilmu makrifat. (Ibnu Arabi).

Tak seorang pun menegaskan keesaan Zat Maha Esa, sebab semua orang yang menegaskannya sesungguhnya mengingkarinya. Tauhid orang yang melukiskan-Nya hanyalah pinjaman, tak diterima oleh Zat Maha Esa. Tauhid atas diri-Nya adalah tauhid-Nya. Orang yang melukiskan-Nya sungguh telah sesat. (Khaja Abdullah Anshari).

Dalam literatur tasawuf Yahudi (Kabbalah), Maqam Ahadiyyah dapat dihubungkan dengan Ein Sof yang secara harfiah berarti tanpa akhir (without end, the Infinite). Tuhan yang dalam sisi-Nya tak dapat dikenal (unknowable, indiscribable). Manifestasi Ein Sof melalui proses emanasi maka lahirlah apa yang disebut dengan sefirot.

Ein Sof dan sefirot merupakan dua hal yang tak terpisahkan, sebagaimana halnya Maqam Ahadiyyah dan Maqam Wahidiyyah yang dibahas dalam artikel yang lalu. Sefirot adalah esensi dari Ein Sof. Sefirot hanya merupakan efek atau akibat dari keberadan Ein Sof. Ia bagaikan lampu dengan cahayanya.

Cahaya sesungguhnya tidak ada tanpa keberadaan lampu. Sefirot nanti menjadi 10 manifestasi, namun satu sama lainnya tak terpisahkan dengan Sang Substansi, yaitu Ein Sof. Para kabbalis seperti Rabbi Gershom Scholem dan Rabbi Moses Luzzato berpendapat bahwa Ein Sof dan sefirot merupakan satu hal yang tak bisa dipisahkan.

Lebih tepat keduanya diterangkan dalam fenomena sebab akibat daripada Khalik dan makhluk. All the safirot are nothing but the Light of the infinite Himself (Semua aspek sefirot pada hakikatnya tidak ada, yang ada hanyalah cahaya dari ketakterbatasan-Nya sendiri).

Karena itu, banyak istilah yang sering digunakan para Kabbalis melukiskan Ein Sof, seperti Tuhan Yang Maha Tersembunyi (the Hidden and the Transcendent God), Penyebab Utama (The First Cause), Yang Maha Nyata (The Ultimate Reality), Yang Maha Taktermanifestasikan (The Unmanifest), Yang Maha Takterkomprehensifkan (The Incomprehensible), Yang Maha Taktertemukan (The Indiscrible), dan lainnya.

Istilah-istilah tersebut  juga sering ditemukan di dalam buku-buku tasawuf. Sefirot bukan hanya merepresentasikan kerja Ilahi, melainkan juga merupakan kelanjutan mekanisme kerja alam semesta dan hubungan relasional satu sama lainnya. Sefirot sebagai penghubung antara keterbatasan alam dan ketakterbatasan Tuhan.

Garis Pemisah antara Khalik dan Makhluk (3-habis)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


Pertanyaan lebih mendasar dan sering diperdebatkan para teolog, yaitu bagaimana posisi Alquran?

Apakah Alquran sebagai wahyu tetap sebagai bagian dari atau dalam lingkup al-A’yan ats-Tsabitah atau bagian dari al-A’yan al-Kharijiyyah, atau dimensi al-Kalam al-Dzati masuk di dalam al-A’yan ats-Tsabitah dan dimensi al-Kalam al-Lafdzi-nya masuk ke dalam al-A’yan al-Kharijiyyah?

Kalangan Mu’tazilah beranggapan Alquran itu baharu dalam pengertian mungkin memasukkannya di dalam al-A’yan al-Kharijiyyah. Seperti kita ketahui, kaum Mu’tazilah sangat konsisten mempertahankan keabadian tunggal Allah.

Mereka tidak mau mengakui adanya keabadian ganda (al-ta’addud al-qudama) karena hal itu bertentangan dengan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa (Allahu Ahad), bukannya Allahu Wahid yang masih membuka adanya peluang kedua (itsnan), ketiga (tsalatsah), dan seterusnya.

Berbeda dengan ulama Sunni lainnya, khususnya ulama tasawuf, yang masih menganggap adanya al-A’yan ats-Tsabitah yang di dalamnya ada Ism dan Shifat, termasuk Alquran sebagai Kalam Allah, yang bisa dipahami adanya keabadian ganda menurut kaum Mu’tazilah. Pembahasan posisi wahyu Alquran nanti dibahas ketika kita membicarakan Maqam Nubuwwah dan Risalah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa batas antara Khalik dan makhluk atau Al-Haq dan al-khalq ialah di luar garis batas al-A’yan ats-Tsabitah. Sekalipun al-A’yan al-Kharijiyyah masih sangat tipis jaraknya dengan Al-A’yan ats-Tsabitah, tetapi ia sudah masuk di level alam atau makhluk.

Garis Pemisah antara Khalik dan Makhluk (2)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


Ibnu Arabi mengumpamakan seperti ada sebuah cermin yang merefleksikan semua objek yang ada di hadapannya.
Ibarat bunga yang berwarna-warni maka berbagai bunga dan warna-warni itu direfleksikan secara persis di dalam cermin itu. Namun, kembang warna-warni di dalam cermin tidak sama dengan asli kembang warna-warni di depan cermin.

Yang di dalam cermin adalah wujud kamuflase dan yang di depan cermin itulah wujud hakiki. Entitas-entitas (al-a’yan) yang mempunyai potensi untuk bermanifestasi dikenal mempunyai dua macam. Ada yang mungkin bermanifestasi ke dalam wujud kharijiyyah, yaitu aspek batin yang tidak bertentangan dengan aspek lahiriyah disebut aspek al-Mumkinat.

Sementara itu, yang tidak termanifestasi ke dalam wujud kharijiyyah itulah yang disebut dengan aspek al-Mumtani’at. Contoh entitas yang masuk kategori al-Mumkinat ialah sifat rahmah kemudian diberi nama Al-Rahman atau Al-Rahim (Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang), sedangkan contoh yang termasuk al-Mumtani’at ialah Dia Yang Pertama (Al-Awwal) dan Dia juga Yang Terakhir (Al-Akhir), Dia Yang Maha Dhahir (al-Dhahir), dan Dia juga Yang Maha Bathin (Al-Bathin).

Yang terakhir ini disebut al-Mumtani’at karena merupakan forms Al-Asma’ Al-Gaibiyyah yang ekslusif di dalam Haqiqat Ilahiyyah (Divine Realities) dan tidak bisa bermanifestasi ke dalam dunia lahiriyah (al-wujud al-khariji). Semua Hakikat Ilahiyyah tidak akan pernah bakal berwujud konkret selama-lamanya. Namun, dari segi madzahirnya dapat berwujud (maujud) di level aktual (khariji).

Oleh karena setiap al-Shifat dan al-Ism masing-masing menuntut manifestasi, tak terhindarkan lahirnya berbagai manifestasi (al-katsrah/multiplicity). Dari sinilah wujud potensial bermanifestasi menjadi wujud aktual atau wujud konkret, seperti berbagai lapisan alam yang dikenal dengan alam Jabarut, Malakut, Barzakh, Syahadah, atau alam Mulk.

Dari sini juga dipahami bahwa batas dan jarak antara Tuhan dan alam dalam arti apa-apa selain Allah (ma siwa Allah) teramat dekat, bahkan Alquran sendiri menyebutnya dengan wa Nahnu aqrabu ilaihi min habl al-warid (Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya) (QS. Qaf: 16).

Garis Pemisah antara Khalik dan Makhluk (1)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


"Jika dari dirimu tidak lahir amal perbuatan yang di situ ada noda dan dosa, Allah SWT akan menciptakan manusia yang berbuat salah agar mereka bisa berdosa dan melakukan kesalahan. Dan lantas memohon ampun atas dosa itu, menjadikan sifat dari Zat Yang Maha Pemaaf termanifestasikan.”
(Hadis yang dikutip oleh Abdurrrahman Jami’ dalam Naqd An-Nushuh hal 71-72).

Dalam artikel-artikel terdahulu dijelaskan apa itu potensi wujud yang biasa disebut Entitas Tetap (Al-A’yan ats-Tsabitah) dengan tingkatan-tingkatannya dari martabat Ahadiyyah sampai Wahidiyyah.

Dari uraian-uraian tersebut dapat dikesankan semakin tinggi level wujud, semakin rumit untuk dipahami. Dan semakin rendah level itu, semakin mudah dipahami.

Namun, sulit kita membayangkan adanya pemahaman utuh terhadap Sang Khalik dan makhluk-Nya tanpa memahami level-level tersebut. Bahkan, menurut kalangan arifin, memahami level-level ini salah satu inti dari makrifat.

Tidak gampang memahami garis pemisah antara Sang Khalik dan makhluk-Nya. Ibaratnya kita akan membedakan antara sumber cahaya dan cahayanya atau antara laut dan ombaknya serta antara wujud dalam cermin dengan objek di depan cermin. Mungkin inilah sebabnya mengapa Ibnu Arabi enggan menggunakan istilah Khalik dan makhluk.

Sebaliknya, dia lebih memilih menggunakan istilah Al-Haq untuk Allah SWT dan al-khalq untuk hamba dan makhluk-Nya. Berawal dari Zat Yang Maha Agung yang biasa disebut Gaib al-Guyub atau Haqiqat al-Haqiqah, yang bermanifestasi melalui proses al-faiddh al-muqaddas maka terwujudlah Al-A’yan ats-Tsabitah.

Di sana dikenal adanya wujud potensial berupa nama-nama (al-Asma’) dan sifat-sifat (al-Aushaf), kemudian bermanifestasi menjadi wujud konkret atau wujud aktual (al-A’yan al-kharijiyyah). Disebut al-A’yan al-kharijiyyah karena sudah keluar dari level al-A’yan ats-Tsabitah dan sudah menjadi awal dari makhluk yang diistilahkan oleh Ibnu Arabi dengan al-khalq.

Perbedaan antara al-shifat dan al-ism yang ada dalam level Al-A’yan ats-Tsabitah tidak begitu jelas karena keduanya masih merupakan satu kesatuan utuh. Al-Shifat lebih merupakan bentuk dan kualitas manifestasi, sedangkan al-Ism menjadi substansi dari bentuk manifestasi itu.

Sebagai contoh, sifat kekuasaan (al-qudrah) menjadi Al-Qadir, yaitu nama Tuhan yang terhimpun di dalam Al-Asma’ Al-Husna. Contoh lain sifat kasih sayang (al-Rahmah) menjadi Al-Rahman dan Al-Rahim, yaitu nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang juga menjadi bagian dari Al-Asma’ Al-Husna.

Nama (al-Isma) identik dan representasi dari yang diberi nama (al-Musamma). Di mana ada nama, di situ ada yang dinamai. Nama-nama Tuhan dalam al-Asma’ al-Husna tentu bukan hanya sebutan, melainkan sekaligus manifestasi dari yang dinamai. Nama-nama itu adalah refleksi dari objek yang dinamai atau diberi nama.

Apa Itu Insan Kamil? (3-habis)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


Banyak contoh alam membangkang kepada manusia sebagaimana diperlihatkan di dalam kisah-kisah umat terdahulu di dalam Alquran.

Umat Nuh yang keras kepala (QS. 53: 52) ditimpa bencana banjir (QS. 11: 40). Umat Syu’aib yang korup (QS. 7: 85, 11: 84-85) ditimpa gempa mematikan (QS 11: 94).

Umat Saleh yang hedonistik (QS. 26: 146-149) ditimpa keganasan virus dan gempa bumi (QS. 11: 67-68). Umat Luth yang dilanda penyimpangan seksual (QS. 11: 78-79) ditimpa gempa dahsyat (QS. 11: 82). Penguasa Yaman, Raja Abrahah, yang ambisius ingin mengambil alih Ka’bah dihancurkan oleh burung/virus (QS. 105: 1-5).

Hujan tadinya menjadi sumber air bersih dan pembawa rahmat (QS. 6: 99), tiba-tiba menjadi sumber malapetaka. Banjir memusnahkan areal kehidupan manusia (QS. 2: 59). Gunung-gunung tadinya sebagai patok bumi (QS. 30: 7) tiba-tiba memuntahkan lahar panas dan gas beracun (QS. 77: 10).

Angin yang tadinya berfungsi dalam proses penyerbukan tumbuh-tumbuhan (QS. 18: 45) dan mendistribusikan awan (QS. 2: 164) tiba-tiba tampil ganas meluluhlantakkan segala sesuatu yang dilewatinya (QS. 41: 16). Lautan tadinya jinak melayani mobilitas manusia (QS. 22: 65) tiba-tiba mengamuk dan menggulung apa saja yang dilaluinya (QS. 81: 6).

Tadinya, malam membawa kesejukan dan ketenangan (QS. 27: 86) tiba-tiba menampilkan ketakutan yang mencekam dan mematikan (QS. 11: 81). Siang tadinya menjadi hari-hari menjanjikan (QS. 73: 7) seketika berubah menjadi hari-hari menyesakkan dan menyedot energi positif (QS. 46: 35).

Kilat dan guntur sebelumnya menjalankan fungsi positifnya dalam proses nitrifikasi untuk kehidupan makhluk biologis di bumi (QS. 13: 12) tiba-tiba menonjolkan fungsi negatifnya, menetaskan larva-larva (telur hama) betina, yang memusnahkan berbagai tanaman para petani (QS. 13: 12).

Disparitas flora dan fauna tadinya tumbuh seimbang mengikuti hukum-hukum ekosistem (QS. 13: 4) tiba-tiba berkembang menyalahi pertumbuhan deret ukur kebutuhan manusia sehingga kesulitan memenuhi komposisi kebutuhan karbohidrat dan proteinnya secara seimbang (QS. 7: 132).

Manakala manusia kehilangan jati dirinya sebagai insan kamil, pertanda berbagai krisis akan muncul. Sebaliknya, selama masih ditemukan kualitas insan kamil di muka bumi, sepanjang itu kiamat belum akan terjadi.

Apa Itu Insan Kamil? (2)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


Kesempurnaan lain manusia menurut Ibnu Arabi adalah diri manusia mempunyai perpaduan dua unsur penting, yaitu aspek lahir dan batin.

Aspek lahir baharu (hadis) dan aspek batin yang tidak baharu. Seperti disimpulkan Dr Kautsar Azhari Noer dalam disertasinya, “Aspek lahir manusia adalah makhluk dan aspek batinnya adalah Tuhan.”

Kepaduan dan kesempurnaan manusia inilah yang melahirkan konsep khalifah dan ketundukan alam semesta (taskhir). Atas dasar ini maka dapat dipahami mengapa para malaikat sujud kepada Adam dan alam semesta tunduk kepada anak manusia.

Namun, perlu diketahui, konsep insan kamil menurut Ibnu Arabi maupun Al-Jili menyatakan tidak semua manusia berhak menyandang gelar ini. Manusia yang tidak mencapai tingkat kesejatiannya seperti manusia yang didikte hawa nafsunya sehingga meninggalkan keluhuran dirinya, kata Ibnu Arabi, tidak layak disebut insan kamil.

Hanyalah mereka yang telah menyempurnakan syariat dan makrifatnya benar yang layak disebut insan kamil. Manusia yang tidak mencapai tingkat kesempurnaan lebih tepat disebut binatang menyerupai manusia dan tidak layak memperoleh tugas kekhalifahan.

Perlu ditegaskan kembali, kesempurnaan manusia bukan terletak pada kekuatan akal dan pikiran (an-nuthq) yang dimilikinya, melainkan pada kesempurnaan dirinya sebagai lokus penjelmaan diri (tajalli) Tuhan. Manusia menjadi khalifah bukan karena kapasitas akal dan pikiran yang dimilikinya.

Alam raya tunduk kepada manusia bukan pula karena kehebatan akal pikirannya, tetapi lebih pada kemampuan manusia mengaktualisasikan dirinya sebagai insan kamil. Kemampuan aktualisasi diri ini bukan kerja akal, melainkan kerja batin, yakni kemampuan intuitif manusia menyingkap tabir yang menutupi dirinya dari Tuhan.

Kekuatan intuitif (kasyf) dan rasa (dzauq) jauh lebih dahsyat daripada akal pikiran. Tidak semua manusia secara otomatis mampu menjadi insan kamil. Ia memerlukan perjuangan dan mungkin perjalanan panjang. Tidak cukup bermodal kecerdasan logika dan intelektual. Yang lebih penting adalah kecerdasan emosional-spiritual.

Modal utama menjadi khalifah di bumi pun tidak cukup dengan kecerdasan logika dan intelektual, tetapi diperlukan juga kualitas insan kamil. Saat alam dikelola manusia yang tidak berkualitas insan kamil, selain menimbulkan ancaman yang dikhawatirkan malaikat, yaitu kerusakan alam dan pertumpahan darah (QS. Al-Baqarah: 30), alam juga belum tentu mau tunduk kepada manusia.

Apa Itu Insan Kamil? (1)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


Insan kamil atau manusia paripurna dibahas secara khusus oleh para sufi, khususnya Ibnu Arabi dan Abdul Karim Al-Jili. Pengertian insan kamil tidak sesederhana seperti yang selama ini dipahami kalangan ulama, yaitu manusia teladan dengan menunjuk pada figur Nabi Muhammad SAW.

Bagi para sufi, insan kamil adalah lokus penampakan (madzhar) diri Tuhan paling sempurna, meliputi nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Allah SWT memilih manusia sebagai makhluk yang memiliki keunggulan (tafadhul) atau ahsani taqwim (ciptaan paling sempurna) menurut istilah Alquran.

Disebut demikian karena di antara seluruh makhluk Tuhan manusialah yang paling siap menerima nama-nama dan sifat-sifat Tuhan. Makhluk lainnya hanya bisa menampakkan bagian-bagian tertentu. Bandingkan dengan mineral, tumbuh-tumbuhan, binatang, bahkan malaikat tidak mampu mewadahi semua nama dan sifat-Nya.

Itulah sebabnya mengapa manusia oleh Seyyed Hossein Nasr disebut sebagai satu-satunya makhluk teomorfis dan eksistensialis, seperti dijelaskan pada artikel yang lalu. Lagi pula, unsur semua makhluk makrokosmos dan makhluk spiritual tersimpul dalam diri manusia. Ada unsur mineral, tumbuh-tumbuhan, dan binatang sebagai makhluk fisik.

Ada juga unsur spiritualnya yang non-fisik, yakni roh. Tegasnya, manusia sempurna secara kosmik-universal dan sempurna pula pada tingkat lokal-individual. Itu pula sebabnya manusia sering disebut miniatur makhluk makrokosmos (mukhtasar al-‘alam) atau mikrokosmos (al-insan al-kabir).

Keparipurnaan manusia diungkapkan pula dalam ayat dan hadis. Dalam Alquran disebutkan, manusia diciptakan paling sempurna (QS. At-Tin: 4) dan satu-satunya makhluk yang diciptakan dengan “dua tangan” Tuhan (QS. Shad: 75), dan diajari langsung oleh Allah semua nama-nama (QS. Al-Baqarah: 31).

Dalam hadis-hadis tasawuf, banyak dijelaskan keunggulan manusia, seperti, Innallaha khalaqa ‘Adam ‘ala shuratih (Allah menciptakan Adam sesuai dengan bentuk-Nya). Oleh kalangan sufi, ayat dan hadis itu dinilai bukan saja menunjukkan manusia sebagai lokus penjelmaan (tajalli) Tuhan paling sempurna, melainkan juga seolah menjadi nuskhah atau salinan. Menurut istilah Ibnu Arabi disebut as-shurah al-kamilah.

Manusialah satu-satunya makhluk yang mampu mengejawantahkan nama dan sifat Allah baik dalam bentuk keagungan maupun keindahan Allah. Malaikat tidak mungkin mengejawantahkan sifat Allah Yang Maha Pengampun, Maha Pemaaf, dan Maha Penerima Taubat karena malaikat tidak pernah berdosa.

Tuhan tidak bisa disebut Maha Pengampun, Maha Pemaaf, dan Maha Penerima Taubat tanpa ada makhluk dan hambanya yang berdosa, sementara malaikat tidak pernah berdosa. Demikian pula makhluk-makhluk Allah lain yang hanya mampu mengejawantahkan sebagian nama dan sifat Allah. Dari sinilah sesungguhnya manusia disebut insan kamil.

Apa Itu Nur Muhammad? (2)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Ia disebut sebagai nabi pertama dalam arti bapaknya para ruh (abu al-warh al-wahidah), nabi terakhir karena memang ia sebagai khatam an-nubuwwah wa al-mursalin.

Sedangkan, Nabi Adam hanya dikenang sebagai bapak biologis (abu al-jasad). Jika dikatakan Muhammad SAW nabi pertama dan terakhir bagi Allah SWT, tidak ada masalah.

Nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang kelihatannya paradoks, seperti al-awwal wa al-akhir, al-dhahir wa al-bathin, al-jalal wa al-jamal, juga tidak ada masalah bagi-Nya, karena itu semua hanya di level puncak (al-a’yan ats-tsabitah) atau wujud potensial, tidak dalam wujud aktual (wujud al-kharij).

Dasar keberadaan Nur Muhammad dihubungkan dengan sejumlah ayat dan hadits. Di antaranya, "Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya (Nur) dari Allah dan kitab yang menerangkan." (QS. Al-Maidah 15).

Ayat lainnya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu), bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21). Ada pula hadits, "Saya adalah penghulu keturunan Adam pada hari kiamat."

Hadits riwayat Bukhari menjadi dasar lainnya, yaitu "Aku telah menjadi nabi, sementara Adam masih berada di antara air dan tanah berlumpur." Ada lagi suatu riwayat panjang yang banyak ditemukan dalam literatur tasawuf dan literatur-literatur Syiah adalah pertanyaan Sayyidina Ali RA kepada Rasulullah.

"Wahai Rasulullah, mohon dijelaskan apa yang diciptakan Allah sebelum semua makhluk diciptakan?"

Rasul menjawab, "Sebelum Allah menciptakan yang lain, terlebih dahulu Ia menciptakan nur nabimu (Nur Muhammad). Waktu itu belum ada lauh al-mahfuz, pena (qalam), neraka, malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, bintang, jin, dan manusia.

Kemudian dengan iradat-Nya, Dia menghendaki adanya ciptaan. Ia membagi Nur itu menjadi empat bagian. Dari bagian pertama, Ia menciptakan qalam, lauh al-mahfuz, dan Arasy. Ketika Ia menciptakan lauh al-mahfuz dan qalam, pada qalam itu terdapat seratus simpul.

Jarak antar simpul sejauh dua tahun perjalanan. Lalu, Allah memerintahkan qalam menulis dan qalam bertanya, 'Ya Allah, apa yang harus saya tulis?' Allah menjawab, 'Tulis La Ilaha illa Allah, Muhammadan Rasul Allah.' Qalam menjawab, 'Alangkah agung dan indahnya nama itu, ia disebut bersama asma-Mu Yang Maha Suci.'

Allah kemudian berkata agar qalam menjaga perilakunya. Menurut Allah, nama tersebut adalah nama kekasih-Nya. Dari nur-Nya, Allah menciptakan Arasy, qalam, dan lauh al-mahfuz. Jika bukan karena dia, ujar Allah, dirinya tak akan menciptakan apa pun. Saat Allah menyatakan hal itu, qalam terbelah dua karena takutnya kepada Allah."

Redaktur: Chairul Akhmad

Apa Itu Nur Muhammad? (1)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


Dalam ilmu tasawuf, Nur Muhammad mempunyai pembahasan mendalam. Nur Muhammad disebut juga hakikat Muhammad.

Sering dihubungkan pula dengan beberapa istilah seperti al-qalam al-a’la (pena tertinggi), al-aql al-awwal (akal utama), amr Allah (urusan Allah), al-ruh, al-malak, al-ruh al-Ilahi, dan al-ruh al-Quddus.

Tentu saja, sebutan lainnya adalah insan kamil. Secara umum istilah-istilah itu berarti makhluk Allah yang paling tinggi, mulia, paling pertama dan utama. Seluruh makhluk berasal dan melalui dirinya. Itulah sebabnya Nur Muhammad pun disebut al-haq al-makhluq bih atau al-syajarah al-baidha' karena seluruh makhluk memancar darinya.

Ia bagaikan pohon yang daripadanya muncul berbagai planet dengan segala kompleksitasnya masing-masing. Nur Muhammad tidak persis identik dengan pribadi Nabi Muhammad SAW. Nur Muhammad sesungguhnya bukanlah persona manusia yang lebih dikenal sebagai nabi dan rasul terakhir.

Namun tak bisa dipisahkan dengan Nabi Muhammad sebagai person, karena representasi Nur Muhammad dan atau insan kamil adalah pribadi Muhammad yang penuh pesona. Manusia sesungguhnya adalah representasi insan kamil. Oleh karena itu, dalam artikel terdahulu, manusia dikenal sebagai makhluk mikrokosmos.

Sebab, manusia merupakan miniatur alam makrokosmos. Posisi Muhammad sebagai nabi dan rasul dapat dikatakan sebagai miniatur makhluk mikrokosmos karena pada diri beliau merupakan tajalli Tuhan paling sempurna. Itu pula sebabnya, mengapa Nabi Muhammad mendapatkan berbagai macam keutamaan dibanding nabi-nabi sebelumnya.

Bahkan hadits-hadits Isra’ Mikraj menyebutkan, Rasulullah pernah mengimami nabi yang pernah hidup sebelumnya. Melalui Nur Muhammad, Tuhan menciptakan segala sesuatu. Dari segi ini, Al-Jilli menganggapnya qadim dan Ibnu ‘Arabi menganggapnya qadim dalam kapasitasnya sebagai ilmu Tuhan dan baharu ketika ia berwujud makhluk.

Namun perlu diingat bahwa konsep keqadiman, menurut Ibnu Arabi, ada dua macam, yaitu qadim dari segi dzat dan qadim dari segi sesuatu itu masuk ke wilayah ilmu Tuhan. Nur Muhammad, menurut Ibnu Arabi, masuk kategori qadim jenis kedua, yaitu bagian dari ilmu Tuhan (qadim al-hukmi) bukan dalam qadim al-dzati.

Dengan demikian, Nur Muhammad dapat dianggap qadim dalam perspektif qadim al-hukmi, namun juga dapat dianggap sebagai baharu dalam perspektif qadim al-dzati. Dalam satu riwayat juga pernah diungkapkan bahwa Nabi Muhammad adalah sebagai nabi pertama dan terakhir.

Jumat, 16 Maret 2012

Teknologi 4G: Ternyata Penemunya Orang Indonesia


TEKNOLOGI 4G: Wow.. ternyata penemunya orang Indonesia




JAKARTA: Teknologi 4G sudah hadir di Indonesia dalam bentuk layanan Internet broadband nirkabel WiMax, sedangkan teknologi seluler Long Term Evoluiton (LTE) masih belum diatur regulasinya.

Gembar gembor bakal hadirnya teknologi 4G di dunia dan di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak 2005, yaitu sejak pertama kali 3G hadir di Indonesia.

Indonesia patut berbangga, karena penemu teknologi 4G adalah orang Indonesia, dialah Prof. Khoirul Anwar, yang menemukan dan sekaligus pemilik paten teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Khoirul Anwar adalah alumni Teknik Elektro ITB dengan cumlaude di 2000, kemudian melanjutkan pendidikan di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar master di tahun 2005 serta doktor pada 2008. Beliau juga penerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, di California.

Penemuan teknologi 4G berbasis OFDM diawalinya dengan ide mengurangi daya transmisi untuk meningkatkan kecepatan transmisi data. Penurunan daya dilakukan hingga 5dB saja (100.000 = 10 pangkat 5 kali lebih kecil dari teknologi sebelumnya) dan hasilnya kecepatan transmisi meningkat.

Pada paten keduanya, Khoirul Anwar kembali membuat dunia kagum, kali ini adalah menghapus sama sekali guard interval/GI, tentu saja ini malah membuat frekuensi yang berbeda akan bertabrakan, alih-alih menambah kecepatan.

Namun, anak Indonesia asli asal Kediri ini mengkompensasi risiko tersebut dengan mengembangkan algoritma khusus di laboratorium, hasilnya interferensi tersebut dapat diatasi dengan unjuk kerja yang sama seperti sistem biasa dengan adanya GI.

Asisten Professor di JAIST ini masih terus mengasah kemampuannya. Meski berprestasi cemerlang di Jepang, Khoirul Anwar menyimpan keinginan untuk kembali ke Indonesia jika telah menjadi salah satu tokoh terkemuka di bidang telekomunikasi.

source:http://www.wokeey.com/comments/index...ff9e54000000/2